Ketika keinginan ini, aku bisa
Aku ingin jadi Penulis Memandang leppy khusuk meredam diriku, sepuluh jari berantem terus-terusan dengan keyboard demi menghasilkan sebuah karya cerpen. " Kang serius tenan kang", tanya seorang santri Fedi yang punya nama. " Latihan Kang, nulis cerpen sopo ngerti iso dadi penulis novel", jawabku. Sedikit berpikir Kang Fedi tapi Kang Fedi memiliki kelemahan untuk berpikir lalu tetep adja bingung sembari berpikir bertanya lagi, " opo iso, lha terus sopo seng arep nerbitne karyamu?? Cah edan, nulis iku butuh bakat, lha terus aku adja tidak punya bakat yang mau tak tulis ki opo, jan jane aku juga mau jadi penulis", sahut Kang Fedi. Berpikir lagi Kang Fedi sambil melihat keatas, kayaknya dikepalanya sudah lampu yang berpijar terang.... Aku masih tetap khusuk memainkan keyboard sambil melihat tarian huruf satu persatu pada layar leppyku,,, Kepriwe Rika??? Pertanyaan tidak kunjung dijawab membuat Kang Fedi marah. Begini lho Kang Fedi,... "Jika Rika ingin menjadi penulis itu gampang, pernahkah Kang Fedi ini sambari sore hari menikmati secangkir kopi dan sebuah udut yang terkadang terlintas sebuah khayalan" atau " Pada suatu malam berbincangan didalam kamar, mengaji, dan kegiatan keseharian Kang Fedi dengan teman-teman sambari bercanda-canda konyol adanya". "Ketika ada sebuah keadaan alam yang berupa keajaiban bahkan bencana alam, sebuah hari besar kenegaraan, ato hari besar keagamaan" "Jika semua itu ditulis dan dijadikan sebuah karya baek dalam cerpen, puisi, maupun artikel maka akan bisa dibaca semua orang sapa tahu besok jadi penulis novel bestseller. "Soal mau dibawa kema,,,naa, karyamu itukan sekarang ada el tasrih yang menampung semua karya tulis dari kalangan santri komplek "L" jelasku pada Kang Fedi. Paham ora, Kang?? "Hehehe ora,,,, ", balas Kang Fedi.
atau
0 komentar:
Posting Komentar